Senin, 25 Mei 2015

Psikologi Pendidikan Mengenai Kreativitas


A.        Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan. (Semiawan, 1999). Secara umum kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan suatu hal yang baru, cara-cara baru maupun model baru.
B.        Perkembangan kreativitas
1.       Tahap Sensorik-motorik (0-2 tahun)

       Pada tahap ini belum memiliki kemampuan mengembangkan kreativitasnya. Tindakannya masih bersifat refleksif, belum memiliki konsep sebab-akibat, bentuk mainannya masih merupakan pengulangan reflek-reflek dan juga belum memiliki kemampuan berbahasa yang baik.

2.       Tahap Praoprasional (2-7 tahun)

      Mulai tumbuh dan berkembangnya kreativitas, karena pada tahap ini pengembangan memori mulai terjadi dan memiliki kemampuan memikirkan masa lalu, meskipun dalam jangka waktu yang pendek.

3.       Tahap Oprasional (7-11 tahun)

       Dipengaruhi oleh faktor-faktor yang memungkinkan berkembangnya kreativitas, yakni berpikir logis dan sederhana, tumbuh kemampuan memelihara identitas diri, mampu mengimajinasikan sesuatu walaupun masih memerlukan bantuan objek-objek konkrit.

4.       Tahap Oprasional Formal (11 tahun ke atas)

       Faktor pendukung perkembangan potensi kreativitas, diantaranya mampu melakukan abstraksi relatif dan berpikir hipotesis, memiliki diri ideal dan sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proporsional sesuai pemikiran logisnya.

C.      Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Kretivitas
Clark (1983) mengkategorikan faktor-faktornya dalam dua kelompok, yaitu:

1.       Faktor pendukung:
a.       Situasi yang menghadirkan ketidak-lengkapan serta keterbukaan.
b.      Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan.
c.       Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
d.      Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.

2.       Faktor penghambat:
a.       Tidak menghargai fantasi dan hayalan.
b.      Otoritarialisme.
c.       Diderensiasi antara bekerja dan bermain.
d.      Stereotif peran jenis kelamin.
e.      Kurang berani bereksplorasi dan berimajinasi serta menyelidiki.

Utami Munandar (1988) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah usia, tingkat pendidikan orangtua, tersedianya fasilitaas dan penggunaan waktu luang.

D.        Variasi Kreativitas

Jenis kelamin, kreativitas laki-laki lebih besar dari anak perempuan, hal ini disebabkan perilaku laki-laki yang mana lebih diberi kesempatan mandiri, memimpin, didesak teman sebaya untuk mengambil resiko lebih dan sebagainya.

Status sosial ekonomi, seseorang yang berasal dari tingkat soal ekonomi yang lebih tinggi biasanya cenderung lebih kreatif.

Urutan kelahiran, kemungkinan anak yang lahir urutan tengah, belakangan dan anak tunggal lebih kreatif dari anak pertama.

Urutan keluarga, anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama, cenderung lebih kreatif dibandingkan anak keluarga besar.

Lingkungan kota dan pedesaan, anak dari lingkungan kota cenderung lebih kratif dibandingkan anak lingkungan pedesaan.

Intelegensi, pada setiap uumur, anak yang pandai menunjukan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai.

E.       Strategi Terbaik Agar Anak Lebih Kreatif

1.       Buatlah anak terlibat dalam brainstroming dan memunculkan sebanyak mungkin ide.
2.       Sediakan lingkungan yang menstimulan kreativitas anak.
3.       Jangan mengontrol secara berlebihan.
4.       Doronglah motivasi internal.
5.       Kenalkan anak dengan orang-orang kreatif.



Psikologi Pendidikan Mengenai Emosi

Menurut KBBI, emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut di waktu singkat atau keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis. Sedangkan pernyataan lainnya adalah keadaan dalam diri individu pada satu waktu sebagai adanya peristiwa yang pada umumnya berasal dari luar dirinya. (Walgito,1997)

Jenis-jenis  emosi pada manusia umumnya ada enam, yakni marah, sedih, menangis, tertawa, senyum dan malu. Beberapa faktor yang mempengaruhi emosi antara lain:

1.      Pola Asuh Orangtua

Pola asuh orangtua sangat bervariatif. Ada pola asuh yang otoriter, memanjakan, acuh tak acuh, dan ada pula yang penuh kasih sayang.

2.      Pengalaman Traumatik

Kejadian mas lalu yang memberikan kesan traumatis. Akibat rasa takut dan sikap waspada terhadap linngkungan seumur hidupnya.

3.      Tempramen

Yaitu keadaan hati yang mencirikan kehidupan emosianl seseorang. Tentramen merupakan bawaan ssejak lahir, namun tidak jarang karena pengaruh besar lingkungan.

4.      Jenis Kelamin

Secara otomatis emosi antara laki-laki dengan perempuan berbeda, karena gejala ataupun masalah dalam diri  laki-laki dan perempuan memiliki perbedaaan.

5.      Usia

Kematangan usia seseorang akan mempengaruhi tingkat kematangan fisiologisnya. Semakin bertambahnya usia mengakibatkan penurunan pengaruh emosional seseorang.

6.      Perubahan Jasmani

Ialah perubahan hormon-hormon yang mulai berfungsi sesuai dengan jenis kelamin masing-masing, Seperti perubahan kulit wajah yang semula bersih menjadi jerawat.

7.      Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya

Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan pertemanan. Pada usia anak-anak dan remaja membutuhkan sebuah perkumpulan.

Nilai, menurut Spranger adalah suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Kepribadian manusia terbentuk dan berakar pada tatanan nilai-nilai dan kesejahteraan.

Moral, ajaran tentang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak dan kewajiban. Morla berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah.

Sikap, suatu tindakan seseorang akibat suatu permasalahan. Sikap tidak identik dengan respon dalam bentuk perilaku, tidak juga dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan melalui konsistensi perilaku yang dapat diamati.

Teori pengembangan moral menurut Lawrence Kohlberg:

Prakonvensional, pada tingkat ini anak tidak memperhatikan internalisasi nilai-nilai moral, penalara moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.

Konvensional, seorang menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak menaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orang tua atau masyarakat.

Pascakonvensional, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenalkan tindakan moral alternatif, menjajakipilihan-pilihan dan kemudian memutuskan berdasaarkan suatu kode moral pribadi.

        Setelah materi psikologi pendidikan mengenai emosi ini selesai, ada ayat al Quran berkaitan dengan emosi. Dari beberapa ayat, salah satunya surah al Baqarah: 155.
Maksud dalam ayat ini menganjurkan kita agar tetap berbahagia dalam kondisi apapun, juga termasuk kondisi sedang dilanda masalah. Ayat ini juga jelas bahwa ada nilai emosi yakni, bentuk kematangan mengatur emosi diri.